Senin, 12 Juli 2010

COSMAS KORNELIS TOKI ( 224307102 )

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut perusahaan untuk dapat beroperasi seefektif dan seefisien mungkin. Terwujudnya efisiensi bagi perusahaan sangat bergantung pada kemampuan manajemen dalam melaksanakan fungsi-fungsinya yaitu perencanaan, pengkoordinasian, dan pengendalian berbagai aktivitas dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan manajer dalam melaksanakan fungsi-fungsinya adalah anggaran. Banyak perusahaan yang memandang anggaran sebagai alat pengendalian pedoman untuk menilai kinerja manajerial. Menurut Kennis (1979), fungsi utama dari anggaran adalah koordinasi dan komunikasi antara atasan dan bawahan. Oleh karena itu proses penyusunan anggaran dipandang sebagai kegiatan yang penting dan kompleks. Suatu anggaran disusun untuk membantu manajemen mengkomunikasikan tujuan organisasi semua manajer pada unit organisasi dibawahnya, untuk mengkoordinasi kegiatan, dan untuk mengevaluasi prestasi para manajer tersebut (Supriyono, 1999:349). Agar tujuan tersebut dapat dicapai, maka dalam penyusunan anggaran tidak boleh hanya dilakukan oleh manajer puncak tetapi harus disusun dengan peran serta (partisipasi) aktif para manajer tingkat menengah dan bawah sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Menurut Anthony dan Govindarajan dalam Sumadiyah dan Sri Susanta (2005), partisipasi bawahan dalam penentuan anggaran mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi manajerial, karena dari anggaran yang disusun dengan partisipasi bawahan akan menghasilkan pertukaran informasi yang efektif. Partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran kemungkinan juga dapat mempengaruhi kinerja manajerial, karena dengan adanya partisipasi bawahan dalam menyusun anggaran, maka bawahan merasa terlibat dan harus bertanggung jawab pada pelaksanaan anggaran sehingga diharapkan bawahan dapat melaksanakan anggaran dengan lebih baik. Partisipasi penganggaran ini diperlukan karena bawahan yang lebih mengetahui kondisi langsung bagiannya. Diharapkan dengan partisipasi penganggaran akan tercipta penganggaran yang sebaik-baiknya, sesuai dengan standar atau kondisi yang diharapkan di masa yang akan datang. Namun, hal tersebut tidak selamanya demikian. Banyak faktor yang menyebabkan bawahan melaporkan anggaran tidak seperti yang seharusnya atau ia melakukan senjangan anggaran. Senjangan anggaran biasanya dilakukan dengan meninggikan atau menurunkan pendapatan dari yang seharusnya, supaya anggaran mudah tercapai (Lukka, 1988 dalam Fitri, 2005). Sebagai contoh, salah satu faktor penyebab terjadinya senjangan anggaran adalah kekakuan dalam mengontrol anggaran (rigid budgetary control style). Kekakuan tersebut ditunjukkan dengan adanya evaluasi terhadap manajemen organisasi, apakah mereka dapat mencapai target anggaran atau tidak. Kinerja dari manajemen tersebut diukur berdasarkan pada pencapaian anggaran. Konsekuensinya, gaji, bonus dan prospek karir akan meningkat jika manajer tersebut mampu memenuhi target anggaran. Namun bagi manajer yang tidak mampu mencapai target tersebut, akan menghadapi intervensi dari manajemen pada tingkat yang lebih tinggi, seperti kehilangan bonus, kehilangan kepercayaan, bahkan bisa saja kehilangan pekerjaan. Dalam kondisi seperti ini, manajer mencari cara untuk melindungi dirinya dari resiko tidak tercapainya target anggaran. Salah satu caranya yaitu dengan melakukan slack (senjangan) pada anggaran. Partisipasi manajer sangat diperlukan dalam menentukan penyusunan anggaran yaitu untuk membantu para manajer mengidentifikasikan tujuan atau target. Keterlibatan manajer dalam menyusun anggaran serta pelaksanaannya untuk mencapai target anggaran sangat penting, karena manajer akan merasa lebih produktif dan puas terhadap pekerjaannya sehingga memungkinkan munculnya perasaan berprestasi yang akan meningkatkan komitmen yang tinggi terhadap perusahaan. Menurut Mulyadi (1997:511) anggaran yang baik memiliki karakteristik sebagai berikut : anggaran disusun berdasarkan program, anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi perusahaan, anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan alat pengendalian. Anggaran yang digunakan sebagaimana mestinya dapat menjadi alat bantu yang positif dalam penetapan standar prestasi kerja, memotivasi karyawan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan, mengukur hasil serta mengarahkan lebih lanjut. Dengan demikian adanya partisipasi para bawahan untuk ikut berperan aktif dalam proses penyusunan anggaran kemudian akan direalisasikan pelaksanaannya untuk menilai prestasi dan dasar penentuan penghargaan (reward). Menurut Schuler dan Huber (1993) dalam Kurnianingsih dan Indriantoro (2001), sistem penghargaan (reward) juga merupakan hal yang sangat penting dalam hubungan dengan kinerja karyawan dalam sebuah perusahaan. Salah satu alasan seseorang bekerja adalah untuk mendapatkan upah atau gaji atau imbalan-imbalan, baik berupa finansial yaitu berupa gaji, upah, bonus, komisi, asuransi karyawan, bantuan sosial karyawan, tunjangan dan sebagainya. Kompensasi yang berbentuk non finansial biasanya berupa tugas yang menarik, tantangan tugas, tanggung jawab tugas, peluang, pengakuan, pencapaian tujuan, serta lingkungan pekerjaan yang menarik. Adanya sistem penghargaan (reward) memotivasi para pekerja untuk bisa meningkatkan atau menurunkan prestasi kinerja karyawan. Para peneliti dalam bidang akuntansi telah lama berusaha untuk memahami hubungan antara partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap hubungan tersebut yang umumnya diarahkan pada hubungan antara variabel partisipasi penganggaran sebagai variabel independen dan variabel kinerja manajerial sebagai variabel dependen. Beberapa hasil penelitian-penelitian tersebut belum konsisten dan sering terjadi kontradiksi antara seorang peneliti dengan peneliti lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chong dan Chong (2002) dalam Eko Sugiyanto dan Subagiyo (2005) mengungkapkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial. Begitu pula dengan hasil penelitian Riyanto (1996) dalam Sayekti dkk. (2002) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak
signifikan diantara keduanya. Sementara penelitian yang dilakukan oleh R.A. Supriyono (2004) dalam penelitiannya mengenai pengaruh variabel intervening kecukupan anggaran dan komitmen organisasi terhadap hubungan antara partisipasi penganggaran dan kinerja manajer di Indonesia . Hasil studi ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi positif dan signifikan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajer. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2007) menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipatif, insentif, dan tingkat kesulitan target anggaran terhadap kinerja manajerial. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang tidak konsisten yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya maka penelitian yang berkaitan dengan pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial dengan sistem reward dan tingkat kesulitan target anggaran masih memungkinkan untuk dikaji ulang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi objek penelitian dan sampelnya. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan manufaktur di Sukoharjo sedangkan penelitian sebelumnya di wilayah Surakarta dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah manajer menengah dan manajer bawahan sedangkan pada penelitian sebelumnya hanya manajer menengah saja. Alasan pemilihan perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian adalah karena di Sukoharjo merupakan kawasan industri dengan persaingan ketat, selain itu disana juga banyak didirikan perusahaan manufaktur yang mempunyai struktur organisasi yang di dalamnya terdapat manajer-manajer sehingga diharapkan bisa diambil sebagai sampel dalam jumlah yang banyak.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti mengambil judul penelitian : “Pengaruh Partisipasi Penganggaran dan Tingkat Kesulitan Target Anggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan Sistem Reward sebagai Variabel Moderating”.
B. Pembatasan Masalah
Supaya dalam melakukan penelitian ini terarah dan tidak ada penyimpangan dari pokok pembahasan maka pembatasan masalah di dalam penelitian ini difokuskan pada hal-hal berikut, yaitu partisipasi manajer bawahan dalam penyusunan anggaran, sistem reward, tingkat kesulitan dalam pencapaian target anggaran, dan kinerja manajerial.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah partisipasi dalam penyusunan anggaran akan berpengaruh
terhadap kinerja manajerial ?
2. Apakah tingkat kesulitan target anggaran akan berpengaruh terhadap
kinerja manajerial ?
3. Apakah interaksi antara partisipasi penganggaran dengan sistem reward
akan berpengaruh terhadap kinerja manajerial ?
4. Apakah interaksi antara tingkat kesulitan target anggaran dengan sistem
reward akan berpengaruh terhadap kinerja manajerial ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial.
2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh tingkat kesulitan target anggaran terhadap kinerja manajerial.
3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh interaksi antara partisipasi penganggaran dengan sistem reward terhadap kinerja manajerial.
4. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh interaksi antara tingkat kesulitan target anggaran dengan sistem reward terhadap kinerja manajerial.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperkuat penelitian sebelumnya yang berkenaan dengan pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial.
2. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memotivasi prestasi kerja manajer perusahaan.
3. Dapat memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan, khususnya mengenai partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial.
4. Dapat menjadi referensi bagi pembaca dan penelitian selanjutnya.
F. Sistematika Skripsi
Untuk memperoleh gambaran singkat dan memudahkan pemahaman atas skripsi ini, perlu dijelaskan sistematika penulisan. Berikut ini penulis akan menguraikan secara garis besar penyusunan skripsi yang perumusannya dituangkan dalam 5 ( lima ) bab ditambah dengan daftar pustaka dengan tahap-tahap sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab satu memuat tentang : latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab II memuat tentang : definisi anggaran, karakteristik anggaran, tujuan dan kegunaan anggaran, sistem penyusunan anggaran, macam anggaran, fungsi anggaran, pengertian partisipasi penganggaran, bentuk partisipasi manajer dalam anggaran, sistem reward, tingkat kesulitan target anggaran, kinerja manajerial, pendekatan kontinjensi, penelitian terdahulu dan hipotesis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab III memuat tentang : ruang lingkup penelitian, populasi, sampel penelitian, data dan sumber data, metode pengambilan sampel, instrumen penelitian, definisi operasional variabel, metode analisis data, dan uji hipotesis dalam penelitian ini.
BAB IV ANALISIS DATA
Pada bab IV memuat tentang : data perusahaan manufaktur di Sukoharjo yang meliputi pelaksanaan penelitian, deskripsi data, analisis data yang terdiri dari pengujian data, pembahasan, serta pengujian hipotesis.
BAB V PENUTUP
Pada bab V memuat tentang : kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran yang sekiranya bermanfaat untuk pengembangan perusahaan manufaktur di Sukoharjo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar